SPORTRIK - Liam Lawson, pembalap muda Red Bull asal Selandia Baru, berada di ujung tanduk setelah start buruk di musim Formula 1 2025. Hanya dua balapan bersama tim utama Red Bull, ia diturunkan kembali ke Racing Bulls karena performa mengecewakan, termasuk kecelakaan di Australia dan posisi juru kunci di China. Kini, tekanan membayangi Lawson untuk membuktikan diri di Racing Bulls. Akankah ia selamat dari ancaman kehilangan kursi F1? Bisakah ia kembali ke performa terbaiknya?
Debut Pahit di Red Bull
Lawson dipromosikan ke Red Bull untuk 2025, menggantikan Sergio Perez, dengan harapan mendampingi Max Verstappen secara kompetitif. Namun, debutnya di Australia berakhir dengan kecelakaan setelah keluar Q1 di posisi 18. Selanjutnya, di China, ia finis terakhir di kualifikasi sprint dan grand prix. ?Saya kehilangan waktu di tikungan lambat,? akunya, menurut motorsport.com. Oleh karena itu, Red Bull menukarnya dengan Yuki Tsunoda setelah hanya dua balapan, keputusan yang disebut ?kejam? oleh The Athletic.
Perjuangan di Racing Bulls
Kembali ke Racing Bulls, Lawson belum menemukan ritme. Dalam empat balapan (Jepang, Bahrain, Arab Saudi, Miami), ia gagal meraih poin, dengan hasil terbaik P12 di Arab Saudi. Selain itu, ia kalah bersaing dengan rookie Isack Hadjar, yang mengunggulinya 4-1 di kualifikasi. ?Kecepatan ada, tapi saya perlu menghindari masalah,? kata Lawson, dikutip dari motorsport.com. Namun, X post dari @f1speed_indo menyebut kondisinya ?memprihatinkan? karena terus tertinggal dari Hadjar.
Ancaman Nyata dari Red Bull
Red Bull dikenal tak kenal ampun dengan pembalap yang underperform. Helmut Marko, penasihat tim, menegaskan, ?F1 adalah olahraga performa, hasil yang menentukan.? Lawson sadar waktunya terbatas. ?Saya butuh waktu untuk beradaptasi, tapi itu kemewahan yang tak saya miliki,? ujarnya, menurut The Race. Oleh karena itu, kegagalan meraih poin di balapan mendatang, seperti Silverstone (23-25 Mei 2025), bisa membuatnya tersingkir, dengan Hadjar atau bahkan Tsunoda sebagai pengganti potensial.
Faktor Teknis dan Mental
Mobil Red Bull RB21, yang bermasalah dengan keseimbangan dan downforce, sulit dikuasai Lawson. Telemetri menunjukkan ia kehilangan hingga 15 km/jam di tikungan seperti Turn 1 China dibandingkan Verstappen. Selanjutnya, masalah teknis seperti DRS di Bahrain dan baterai di Miami memperburuk hasilnya. ?Ini frustrasi, tapi saya harus tetap percaya diri,? katanya, menurut formula1.com. Oleh karena itu, Lawson perlu cepat beradaptasi dan membangun kepercayaan diri untuk bertahan di F1.
Harapan di Silverstone dan Masa Depan
Silverstone, lintasan yang dikenal Lawson dari pengalaman F3 dan F2, menjadi peluang emas untuk bangkit. Racing Bulls juga berjanji membawa upgrade untuk meningkatkan performa. ?Kami yakin Liam akan kembali cepat,? kata CEO Peter Bayer, menurut formula1.com. Selain itu, performa impresifnya di masa lalu, seperti poin di Singapura 2023, menunjukkan potensinya. Oleh karena itu, Lawson harus memanfaatkan momen ini untuk mengamankan masa depannya di F1, atau menghadapi risiko dicoret.
Pantau kabar terbaru F1 2025 di SPORTRIK.COM